Sabtu, 12 Januari 2013

KISAH RENUNGAN HIDUP

  1. RENUNGAN HIDUP

Selamat membaca kisah nyata dibawah ini:

--------------------------------


BRIGADE IZZUDIN AL-QOSSAM, sangat ditakuti israel. Tak mudah memang menjadi anggota brigade ini, benar-benar mujahid pilihan. Tangguh, skill tempur yang tinggi, mental membaja, tekad yang kuat, dan semangat jihad yang senantiasa menggelora, bergemuruh di jiwa mereka, tak pernah padam, dilandasi keimanan yang kokoh dan keikhlasan dalam berjuang. Jika belum hafizh al-Qur’an (30 juz), tak bisa masuk dalam pasukan elit ini. Wajar jikaisrael gentar nyalinya, meski dipersenjatai dengan tank baja, senjata mutakhir dan pesawat tempur canggih pasokan amerika serikat. Tentara langit tentu berbeda dengan tentara bumi. Lelaki akhirat pasti berbeda dengan lelaki bumi. Prajurit fikroh dan aqidah pasti berbeda dengan prajurit dengan ambisi duniawi dan polutannya.

Suatu ketika seorang ikhwah diizinkan masuk ke terowongan bawah tanah milik Hamas. Disitu ia bertemu dengan satu katibah al-Qassam. Semua memakai penutup wajah, sehingga ikhwah ini tak bisa melihat wajah dan tak kenal siapa lelaki-lelaki akhirat ini. Berkali-kali ia membujuk agar diizinkan melihat wajah pasukan khusus ini, tak seorangpun yang membukanya. Melihat keinginan kuatnya, akhirnya satu persatu mujahid membuka penutup wajahnya, semuanya, kecuali satu orang. Ikhwah ini kembali membujuk, hingga menyebut nama Allah, barulah ia mau menampakkan wajahnya. Betapa terkejutnya ikhwah ini, termasuk sebagian mujahidin al-Qassam, karena lelaki terakhir yang membuka penutup wajah itu, yang tak ingin orang-orang mengenalnya, yang sering terjun langsung berjihad melalui terowongan bawah tanah itu, yang menggentarkan tentaraisrael la’natullah, ternyata adalah orang nomor satu di Pemerintahan Palestina, pejabat tertinggi negara, perdana menteri, Ustadz Ismail Hanniyah. Allaahu Akbar…Allaahu Akbar.

Ikhwah fillah,

Sesungguhnya banyak kisah menakjubkan dari mujahid-mujahid ikhwan yang patut menjadi contoh dan penumbuh semangat kita untuk bergerak di jalan dakwah ini. Beliau yang di satu sisi berpenampilan rapi, berjas berdasi, memimpin rapat-rapat kenegaraan bersama menteri-menteri, menerima tamu-tamu negara, tapi di saat lain ia al-hafizh berada di dalam terowongan bersama lelaki-lelaki akhirat, ia adalah anggotabrigade super khusus yang siap menggempur israel la’natullah. Begitu sulit merangkai kata menjelaskannya.

Ikhwah fillah,

Sementara kita disini merangkai amal demi amal, berharap dengan amal yang sedikit ini mampu membuat kita dipilih oleh Allah menjadi lelaki dan wanita akhirat, lelaki dan wanita surga. Maka kita malu jika lalai dalam ibadah, malu jika lalai menghadiri usroh dan liqo-liqo apapun termasuk atas keterlambatan hadir, malu jika amanah dakwah tidak sempurna kita tunaikan, malu jika tidak memiliki semangat dalam harokah ini, malu untuk menyusun kata atas seringnya udzur, malu jika masih memiliki prasangka negatif kepada ikhwah, qiyadah dan jamaah ini, malu jika kita masih memiliki lintasan harapan keduniaaan dalam dakwah ini, berupa ambisi jabatan, popularitas, maupun kepentingan-kepentingan pribadi. Lindungi kami ya Allah.

Ikhwah fillah, yakinilah bahwa setiap apapun yang kita lakukan untuk dakwah ini, perjalanan kita menghadiri liqo di siang dan malam hari, ataupun rapat, aksi, silaturahim, maupun program dakwah lainnya, pasti dicatat oleh Allah SWT. Bahkan atsar atau bekas-bekas amal yang kita tinggalkan pun akan dikumpulkan Allah dalam Kitab-Nya. Ilmu dan nasihat yang kita sampaikan dalam halaqoh, ide-ide hasanah yang kita sampaikan dalam rapat-rapat…semua amal dan bekas-bekasnya itu, akan dikumpulkan lagi oleh Allah SWT. Allaahu Akbar.

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang telah mati dan Kami mencatat apa-apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang nyata (QS Yasin:12)

Oleh karena itu ikhwah fillah, berikan yang terbaik dalam setiap amal kita, berikan yang terbaik dalam setiap liqo’ kita, landasi setiap amal dan pembicaraan dengan keikhlashan, pasti Allah mencatat itu semua.

Sumber : milist PKPU

Jumat, 03 Desember 2010

Kecewa Pertanda Cinta


Tulisan ini sangat bagus. Bahasanya sederhana, analoginya pun tepat. Menyentuh sanubari dan ruang kesadaran, menggugah daya kritis akal yang selalu menuntut untuk dipenuhi..
Semoga setelah membaca tulisan ini, tidak ada lagi jiwa-jiwa perfeksionis, yang menempatkan manusia pada tempat yang tidak semestinya..

---------------------------------------------------------


“Orang-orang partai politik itu mudah kecewa. Begitu keinginannya tidak terpenuhi, lalu keluar dari partainya dan membuat partai baru”, kata seorang teman kuliah di Lemhannas berapi-api. Aku hanya mengatakan, “Tergantung partainya, dan tergantung orangnya”. Dia terus saja mengomel tentang jeleknya orang-orang parpol, dan jawabanku pun tetap sama.

Ini soal perasaan kecewa. Sesungguhnyalah kecewa muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam, dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.

Mari kita mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Kadang kita kecewa dengan diri kita sendiri. “Mengapa saya tidak begini, mengapa saya tidak begitu”, adalah contoh kekecewaan yang kita alamatkan kepada keputusan kita sendiri yang telah terjadi. Kita menyesal di kemudian hari.

Dalam kehidupan rumah tangga yang isinya hanya dua orang saja, yaitu suami dan isteri, bisa muncul kekecewaan. Suami kecewa kepada isteri, dan isteri kecewa kepada suami. Hidup berdua saja bisa menimbulkan kecewa, apalagi kehidupan organisasi atau negara. Jika di dalam rumah tangga mulai ada anak-anak, kekecewaan bisa bertambah luas. Anak kecewa dengan sikap orang tuanya, dan orang tua kecewa dengan kelakuan anaknya. Satu anak dengan anak lainnya juga bisa saling kecewa mengecewakan.

Satu keluarga bisa kecewa atas perbuatan keluarga lainnya dalam sebuah lingkungan tempat tinggal. Satu desa bisa kecewa dengan desa lainnya dalam satu kecamatan. Indonesia sangat kecewa dengan sikap Amerika yang arogan, kecewa dengan sikap Israel yang merampas hak warga sipil Palestina secara semena-mena. Sebagaimana Amerika kecewa dengan Indonesia karena kurang akomodatif dengan kebijakan Amerika. Israel kecewa dengan Indonesia karena tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Jamaah sebuah masjid bisa kecewa dengan sikap imam masjid, sebagaimana imam masjid bisa kecewa dengan kondisi jamaah. Masyarakat gereja bisa kecewa terhadap pendeta sebagaimana pendeta bisa kecewa terhadap keadaan jemaatnya. Suporter sepak bola sering kecewa terhadap tim yang dibelanya, sebagaimana pemain sepak bola sering kecewa kepada sikap para suporter.

TNI bisa kecewa terhadap kebijakan dan sikap Polri sebagaimana Polri bisa kecewa terhadap TNI. Angkatan Darat bisa kecewa terhadap Angkatan Laut dan Udara, sebagaimana Angkatan Laut bisa kecewa terhadap Angkatan Darat dan Udara, atau Angkatan Udara kecewa terhadap Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Di Angkatan Darat, seorang komandan bisa kecewa terhadap anak buahnya, sebagaimana anak buah bisa kecewa kepada komandannya.

Dalam gerakan dakwah, seorang kader bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin bisa kecewa atas sikap para kader. Seorang kader PKS menyampaikan pesan lewat SMS kepada saya, yang isinya mengatakan sangat kecewa dengan PKS dan akan keluar serta bergabung dengan sebuah gerakan dakwah tertentu, sebut saja gerakan G. Saya menjawab dengan dua kali jawaban. Pertama, bahwa hak masuk dan keluar dari PKS adalah di tangan anda sendiri, tak ada yang boleh memaksa. Kedua, kalau anda keluar dari PKS karena kecewa dan akan bergabung dengan gerakan dakwah G, maka ketahuilah bahwa gerakan G itu juga pernah mengecewakan anggotanya. Ada banyak orang kecewa dari gerakan G dan berpindah ke gerakan yang lainnya. Di setiap gerakan dakwah, selalu ada orang yang kecewa dan meninggalkan gerakan dakwah itu. Selalu.

Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan terluka. Selalu.

Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut. Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu saja contoh organisasi, ormas, gerakan dakwah, instansi, atau apapun. Pasti ada riwayat pernah ada anggota atau pengurus yang kecewa. Kalau tidak ada yang pernah dikecewakan, berarti organisasi tersebut belum pernah beraktiviktas nyata.

Bahkan organisasi yang dibuat dari kumpulan orang kecewa, pasti pernah mengecewakan anggotanya pula. Misalnya sekelompok orang kecewa dengan kebijakan organisasi A, lalu mereka menyingkir dan berkumpul. Mereka bersepakat, “Kita berkumpul di sini karena dikecewakan para pemimpin kita. Sekarang kita himpun potensi kita, dan kita berjanji untuk tidak saling mengcewakan lagi. Jangan ada yang dikecewakan disini”. Tatkala mereka sudah eksis sebagai organisasi, maka pasti ada yang kecewa di antara mereka.

Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu tanda cinta. Kalau tidak cinta, tidak mungkin kecewa. Karena cinta, maka muncullah berbagai harapan kita. Setelah harapan tertanam, ternyata apa yang kita lihat dan kita alami tidak seperti yang diharapkan. Maka muncullah kecewa.

Mengapa beberapa orang parpol yang kecewa lalu membuat parpol baru lagi ? Karena boleh menurut Undang-undang. Coba kalau Undang-undang membolehkan membuat TNI baru, atau Polri baru, atau Mahkamah Agung baru, atau DPR baru, pasti sudah banyak orang membuat dari dulu. Banyak orang kecewa dengan TNI, banyak orang kecewa dengan Polri, banyak orang kecewa dengan Mahkamah Agung, banyak orang kecewa dengan DPR, banyak orang kecewa dengan Presiden dan Wakil Presiden, banyak orang kecewa dengan Menteri, banyak orang kecewa dengan Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, Ketua RW atau Ketua RT.

Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas, tidak pantas !

Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk surga. Jangan takut memiliki harapan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Jangan takut memiliki harapan Indonesia menjadi negara paling adil dan paling maju di seluruh dunia.

So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa.

Pancoran Barat 30 Nopember 2010
taken from: http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=519

Rabu, 20 Oktober 2010

Hidayat Nur Wahid: Konspirasi Internasional di Balik Terorisme

Ada keinginan global agar bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang lemah.
dakwatuna.com – Merebaknya aksi-aksi terorisme di Indonesia menyeret kalangan pesantren dan alumni dari universitas-universitas di Timur Tengah ke dalam pandangan stereotipe oleh banyak kalangan, bahkan dari aparat penegak hukum.

Seolah hendak menyelesaikan masalah dengan cepat, aparat keamanan justru melihat persoalan ini melalui perspektif yang dangkal, yaitu sebatas pada simbol-simbol keislaman. Pendangkalan perspektif ini mengakibatkan kecerobohan dalam pengambilan tindakan. Mereka yang berjenggot dan berbaju gamis ditangkap dan dakwah diawasi.

Ketua MPR RI (periode 2004 – 2009, red.) Hidayat Nur Wahid melihat persoalan ekstremisme dan terorisme jauh lebih dalam. Menurutnya, ekstremisme dan terorisme tidak dapat dipisahkan dari kebijakan ekonomi, politik, dan militer negara-negara besar yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip keadilan. Ia menjelaskan, kebijakan tersebut merupakan sebab, sedangkan aksi terorisme adalah akibat.

Kepada Damanhuri Zuhri dan Ali Rido dari Republika, Hidayat memaparkan beberapa pandangan mengenai terorisme dan solusi untuk merajut hubungan yang lebih harmonis antara umat Islam dan pengambil kebijakan global. Berikut petikannya.

Belakangan ini, banyak pihak mengaitkan isu terorisme di Indonesia dengan gerakan Islam radikal di Timur Tengah (Timteng). Kecurigaan ini meluas kepada alumni dari universitas-universitas di Timteng. Bagaimana sebenarnya karakter pemikiran keislaman alumni Timteng?
Alumni Timur Tengah sebenarnya seperti juga alumni dari lembaga-lembaga pendidikan di negara lainnya, alumninya punya ragam karakter dan pandangan. Namun, secara prinsip, karena Islam datang dari Makkah, Madinah, yang keduanya di Timteng, harapannya pemikiran Islam melanjutkan tradisi terdahulu ketika Islam dihadirkan sebagai agama dakwah. Yaitu, dakwah yang bijak, dialogis, menampilkan Islam yangrahmatan lil ‘alamin, serta menuntun manusia menjadi khairunnasi ‘anfauhum linnas (sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya).
Azyumardi Azra dalam disertasinya menulis, ulama dari Timteng mempunyai pengaruh yang positif dalam kehidupan sosial dan keagamaan di Indonesia. Ada Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram. Ada pula Syekh Nawawi Al-Bantani yang karya tafsirnya sangat dihormati di Timur Tengah.

Ada dua murid Syekh Minangkabawi yang tersohor dan menghadirkan Islam di Indonesia dengan wajah moderat, yaitu Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Dengan demikian, Islam Indonesia yang moderat ternyata dasar pemikirannya dari Timur Tengah, bukan dari mana-mana.

Pada era berikutnya, ada Prof Dr HM Rasyidi. Beliau yang menghubungkan delegasi dari Indonesia yang waktu itu dipimpin Sutan Syahrir untuk bertemu dengan tokoh-tokoh di Timteng, termasuk dengan Imam Hasan Al-Banna, pemimpin organisasi Ikhwanul Muslimin di Kairo. Delegasi ini mencari dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Dan, Imam Hasan Al-Banna menjadi tokoh pertama yang mengobarkan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia.
Tokoh-tokoh Indonesia saat ini yang kita kenal moderat juga banyak yang alumni Timteng. Artinya, beragam kesan alumni Timteng sangat ekslusif dan tidak mungkin mengindonesia dan tidak mungkin membaur, ternyata terbantahkan dengan hadirnya mereka.

Namun, sekarang muncul asumsi bahwa radikalisme beragama di Indonesia berakar dari Wahabisme yang lahir dan berkembang di Arab Saudi. Pendapat Anda?
Apakah orang yang belajar di Madinah dan Makkah serta-merta adalah Wahabi? Pasti tidak. Mengapa? Karena, kita tahu yang mendirikan NU dan Muhammadiyah juga alumni Makkah. Apakah Anda akan mengatakan, NU dan Muhammadiyah adalah Wahabi? Tidak. Mengapa? Karena, gerakan Wahabi adalah satu pemikiran yang berkembang di sebagian kawasan di Timteng yang mengharamkan partai politik dan sistem demokrasi.

Saya dan kawan-kawan membuat dan mendirikan partai politik, berjuang untuk umat melalui partai politik. Apa iya saya mendirikan partai politik untuk menjadi ahlul bidah. Dan, karenanya menjadi dlalalah (sesat–Red), lalu disebut fin-naar (di neraka–Red)?

Lembaga pendidikan di Arab Saudi tidak pernah melarang alumninya untuk bergerak di berbagai bidang kehidupan. Kami juga tidak pernah diajari harus mem-bidahkan orang lain atau memusyrikkan orang lain. Justru, kami diajari bagaimana berdakwah sesuai dengan Alquran dan sunah. Kemudian, misalnya, ada yang melakukan tindak kekerasan atas nama agama, saya yakin itu bukan merupakan ajaran mainstream dari Timteng pada tingkat umum atau tingkat Arab Saudi.

Pada level kehidupan sosial politik, alumni Timteng tidak serta-merta harus diartikan sebagai sesuatu yang antinegara, tidak taat hukum, tidak mengerti aturan, tidak mengerti hukum, menjadi yang paling terlambat, atau kalau mengelola keuangan menjadi yang paling buruk. Kita tahu bahwa Menteri Agama Bapak M Maftuh Basyuni sangat bagus dalam komitmen dan upaya memberantas korupsi di departemennya.

Saya sendiri adalah pimpinan MPR yang pertama kali melaksanakan sosialisasi UUD RI tahun 1945. Ini belum terjadi pada masa-masa sebelumnya. Sekarang inilah justru UUD 1945 disosialisasikan melalui beragam metode, di pusat, di daerah, bahkan di luar negeri. Di dalam UUD, tentunya ada NKRI dan karena itu kita menyatakan UUD 1945 tidak bisa diubah.

Ketika melakukan sosialisasi itu, kita bekerja sama dengan rekan-rekan dari banyak partai. Semuanya berjalan dengan sangat harmonis, sangat kooperatif. Mereka sangat akrab dan saling dukung. Itu artinya, walapun saya alumnus Timteng dan mantan ketua partai Islam, saya tetap bisa diterima rekan-rekan saya anggota MPR dari lintas partai. Mereka tahu, kami bukan ancaman bagi mereka karena kami mengembangkan sikap hidup yang terbuka dan toleran.

Menurut Anda, dari mana akar radikalisme atau ekstremisme beragama di Indonesia?
Permasalahan ini perlu pengkajian yang komprehensif dan mendalam. Jika orang menyebut ekstremisme dan terorisme dari Timur Tengah, itu karena ada masalah di Palestina. Palestina adalah kondisi di mana satu bangsa sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari penjajah Israel.

Nah, dahulu kita memiliki kondisi yang agak mirip. Dalam peristiwa Bandung Lautan Api, Muhammad Thoha meledakkan diri dan tidak ada yang mengatakan bahwa Muhammad Thoha seorang teroris. Justru, dia seorang pahlawan kemerdekaan.

Sama halnya dengan aksi peledakan diri para pejuang Palestina. Jadi, ada yang berpandangan bahwa akar terorisme itu karena konflik berkepanjangan di Timteng. Kemudian, berkembang dengan konflik di Afghanistan dan Irak.
Kalau memang konflik ini menjadi salah satu sebab berkembangnya ekstremisme dan terorisme, siapa yang menciptakan konflik ini? Yang menjajah Palestina adalah Israel dengan dukungan Inggris dan sekutu-sekutunya. Yang menjajah Afghanistan adalah Rusia dan Amerika. Bahkan, yang mendidik Osama bin Ladin adalah CIA (Central Intelligence Agency). Di Irak, seandainya tidak ada ekspansi Amerika, saya rasa tidak ada kerusuhan di sana.
Kita harus berani jujur mengatakan bahwa ini permasalahan yang tidak sederhana. Akibat dari penjajahan Israel terhadap Timteng; akibat penjajahan Rusia terhadap Afghanistan; akibat penyerangan Amerika terhadap Irak, ekstremisme itu muncul.

Saya tertarik dengan analisis Pak Hendro Priyono bahwa akar terorisme ada dua. Selain terkait dengan problematika internal umat, juga terkait dengan hegemoni negara lain melalui penjajahan, kesemena-menaan, dan ketidakadilan.
Oleh karena itu, kalau kita ingin menyelesaikan masalah ini, jangan hanya akibatnya yang diselesaikan. Kalau sebabnya tidak diselesaikan, bagaimana mungkin akibat itu akan menjadi tiba-tiba selesai.

Kekuatan apa yang mampu menghadapi negara-negara produsen ketidakadilan itu?
Menurut saya, diperlukan satu tata dunia baru karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kini sudah mandul, tidak bisa mengoreksi perilaku jahatnya Israel. Begitu banyak resolusi PBB yang dimentahkan oleh negara adikuasa yang punya hak veto dan itu sesuatu yang aneh.

Orang selalu berbicara demokrasi, tapi ada negara yang punya hak veto dalam lembaga internasional. Ini demokrasi macam apa? Ya, nggak ada demokrasi kalau masih ada hak veto. Apalagi hak vetonya permanen dan tidak bisa dikoreksi.

Nah, tata dunia baru yang kita harapkan betul-betul menghadirkan pendekatan yang berkeadilan dan berorientasi kesejahteraan. Betul-betul berprinsip pada kesetaraan, saling menghormati, dan mencari solusi terbaik terhadap perkara-perkara yang ada.

Terkait dengan masalah dalam negeri, bagaimana seharusnya pihak aparat mengambil kebijakan terhadap kelompok-kelompok Islam tertentu yang sudah dituding sebagai biang ekstremisme?
Saya kira, sebagaimana pihak polisi bekerja sama dengan pihak-pihak dari Amerika dan Australia, akan bijak jika polisi juga bekerja sama dengan pihak-pihak di Indonesia. Isu ini dikaitkan dengan pesantren sehingga polisi dapat bekerja sama dengan komunitas pesantren, baik itu melalui jalur ormas LSM, parpol, maupun para tokoh. Kalau polisi bisa kerja sama dengan Australia dengan Amerika, masak tidak bisa bekerja sama dengan sesama warga bangsanya.
Polisi itu mengayomi masyarakat. Tugas ini bisa dilakukan dengan maksimal ketika kepolisian mengenali masalah dari akarnya, dari sumbernya, dan kemudian menghadirkan solusi yang baik. Mencari solusi masalah ini ibarat menarik rambut dari tepung tanpa harus terputus rambutnya dan tanpa harus terbelah tepungnya.

Apa pesan Anda untuk kaum Muslim, khususnya generasi muda supaya menampilkan Islam yang rahmatan lil alamin?
Pesan saya adalah Anda tidak perlu merasa bahwa Anda calon tertuduh sebagai teroris. Dan, kemudian Anda takut ke masjid, takut berlaku santun, takut menggunakan simbol-simbol keislaman. Kalau Anda melakukan itu, menanglah teroris.

Saya khawatir, bagian dari maksud terorisme adalah keinginan global agar bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang lemah. Ketika kita saling mencurigai, saling menuduh, anak mudanya tidak lagi suka ke masjid, tidak kuat beragama, lebih suka berbuat amoral, atau mengonsumsi narkoba; Indonesia pasti menjadi negara yang lemah.

Buktikan keislaman Anda, kesantunan Anda, aktifnya Anda di masjid, di parpol, atau ormas Islam karena berangkat dari ideologi Islam yang benar. Buktikan bahwa Islam dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkeunggulan. Dan, itu bisa kita lihat gerakan pemuda Islam dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Dalam sejarah, H Agus Salim pada masa mudanya bergerak untuk kemerdekaan bangsa. HOS Cokroaminoto ketika muda membuat partai Islam yang pertama kali di Indonesia. Samanhudi bergerak di Syarikat Dagang Islam. Jadi, para pahlawan nasional kita yang menjadi tonggak sejarah berdirinya bangsa ini adalah yang muda, santun, dan dekat dengan masjid. Maka, jadilah Anda pahlawan berikutnya.

Anda tadi menyebutkan ada semacam konspirasi internasional untuk melemahkan bangsa Indonesia. Apa indikasinya?
Saat terjadi bom Bali II, saya katakan ini tidak ada kaitannya dengan agama apa pun. Ini lebih disebabkan persaingan bisnis pariwisata internasional. Ternyata, saya dibenarkan oleh Ketua Kadin Bali, I Ketut Gde Wiratna. Dia mengatakan bahwa ini memang tidak ada hubungannya dengan agama.

Di Bali, Hindu dan Islam sangat dekat, sangat akrab, bahkan berdirinya beragam budaya di Bali selalu terkait dengan dukungan umat Islam sehingga di Bali begitu banyak komponen dan komunitas Muslim karena diberikan hak oleh raja-raja di Bali.

Ketika terjadi bom Bali I, yang pertama kali membantu adalah umat Islam. Di agama Hindu, ada kepercayaan bahwa darah yang tertumpah bisa mengakibatkan karma buruk.

Terkait dengan masalah terorisme, ada kepentingan untuk melemahkan Indonesia melalui cara ini. Tampaknya, banyak negara yang khawatir bila demokratisasi di Indonesia menghadirkan Indonesia yang kuat.

Kekhawatiran negara lain yang tidak suka Indonesia menjadi kuat tampak setelah pemilihan presiden.Nggak ada ba-bi-bu, kemudian meledaklah bom supaya mengesankan bahwa demokrasi di Indonesia ternyata tidak bisa dipercaya karena menghadirkan aksi teror, sekalipun memang masyarakat dunia sudah semakin hafal dengan pola-pola semacam ini.

Sekali lagi, Indonesia ini negara yang seksi. Namun, banyak pihak tidak menghendakinya menjadi kuat. Sebab, kalau Indonesia kuat, banyak yang merasa kepentingannya akan terganggu karena mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam. Maka itu, terjadinya berbagai upaya yang melemahkan Indonesia. Karena itu, pemuda Indonesia harus waspada betul. Jangan sampai menjadi bagian dari yang membenarkan dan menyukseskan pelemahan negeri ini.

Rabu, 07 Juli 2010

BUKAN ITU

~ Mencoba tuk mengungkapkan, apa yang hati ini rasakan, memang tak semudah membalikan telapak tangan~ (Dado Binagama)

---)|(---

Jangan pedulikan apa yang orang katakan,
Karena dia tidak mengenalmu, lebih dari aku mengenalmu..

Bagiku, kau adalah pribadi hari ini,
Karena hari ini, kau adalah bukan yang dulu..

Jangan pusingkan penilaian orang,
Karena itu, sama sekali tidak menggangguku..

Bagiku, kau adalah hati hari ini,
Karena itu, yang sungguh ku harapkan darimu..

Jangan khawatirkan itu,
Karena, bukan itu yang ku inginkan..

Bagiku, semua yang lalu biarkanlah,
Karena, itu tak lagi penting bagimu..

Jangan biarkan semua berlalu tanpa makna..
Jangan biarkan semua kembali tanpa tanya..

Kau, adalah cinta hari ini, dan asa masa depan..

© Februari 2010 (Abu Fauzan)

LELAH

(seorang yang beraktivitas, tidak hanya butuh untuk mengistirahatkan dirinya, tapi juga hatinya.. Walau sejenak, RosuluLLoh SholaLLohu 'Alaihi Wa Sallam menganjurkan kita untuk duduk sejenak menata iman kita kembali)

26 Januari 2010


Kalau lelah, lantaran langkah..
Bersimpuh jiwa, menata hati..

Biarlah tergantung, asa dambaan..
Masih mencoba, menggamit mimpi..

Ada hati, berlimpah cinta..
Mengapa tangis, tak juga reda..

Kalau lelah, lantaran langkah..
Bersimpuh diri, tenangkan hati..

Yakin pelangi, hadir kembali..
Terbanglah tinggi, asa terpatri...

0 komentar:

Posting Komentar