Makalah
Tentang HIV (Human Immunodeficiency Virus)
BAB I
PENDAHULUAN
Human
immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dan melemahkan kemampuan tubuh yang digunakan untuk melawan segala
penyakit yang datang. Virus ini khususnya menyerang sel T yang berada dalam sel
darah putih yang pada akhirnya menyebabkan deficiency T-helper atau limfosit T4
yang memegang peranan penting pada imunitas seluler. Sel limfosit T yang
berkurang ditandai dengan berkurangnya jumlah CD4 kurang dari 200/cu mm, atau
persentase CD4 di bawah 14%. Berkurangnya CD4 mengakibatkan seseorang mudah
diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak berpengaruh
ketika kekebalan tubuh orang tersebut sehat. Penyakit tersebut disebut dengan
infeksi oportunistik. CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia. HIV berada terutama dalam cairan tubuh
manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu.
Seseorang
akan lebih rentan terserang penyakit jika sistem kekebalan tubuhnya rusak. Pada
saat HIV menginfeksi tubuh yang kemudian menyebabkan sel limfosit T4 pada tubuh
rusak akan menyebabkan tubuh mudah terkena penyakit terutama ketika jumlah CD4
akan terus berkurang karena infeksi HIV. Kumpulan beberapa gejala yang
disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV tadi
disebut dengan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Proporsi
orang yang terinfeksi HIV yang terus bertambah dan dengan tidak adanya obat
yang dapat melawan virus ini menyebabkan banyak penderita HIV ini yang kemudian
menjadi AIDS dan pada akhirnya tidak banyak yang dapat bertahan terhadap
penyakit ini, kebanyakan berakhir dengan kematian.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Angka
kesakitan
Pada
tahun 1999 di Afrika sekitar 33,4 juta orang hidup dengan HIV/AIDS, 6,7 juta
orang di Asia Tenggara, 1,4 juta di Amerika Latin dan 665.000 orang di Amerika.
Lebih dari 74.000 kasus AIDS dilaporkan oleh pusat pencegahan dan kendali
penyakit atau centres for disease control and prevention (CDC) pada September
1988, dan 1.185 diantaranya adalah bayi dan anak-anak di bawah usia 13 tahun.
B. Angka
Kematian
Jumlah
kematian diperkirakan kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Hong Kong, kurang
dari 100 kematian akibat AIDS di Hungaria, kurang dari 100 kematian akibat AIDS
di Islandia, diperkirakan 310.000 kematian akibat AIDS di India dan di
Indonesia diperkirakan 4.600 kematian akibat AIDS di Indonesia pada tahun 2001.
Menurut centres for disease control and prevention (CDC) sekitar 672 anak usia berkisar
antara 0-12 tahun meninggal akibat infeksi penyakit AIDS ini seperti yang
dilaporkan pada September 1988.
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Keluhan Penyakit
Pada saat
awal terinfeksi virus HIV, mereka mengeluh demam, sakit kepala, kelelahan,
berkeringat dingin ketika malam hari dan kesulitan dalam berpikir.
B. Gejala
Penyakit
Banyak
orang tidak mengalami gejala setelah mereka pertama kali terinfeksi HIV.
Gejalanya menyerupai gejala flu yang berlangsung dalam beberapa hari atau
minggu. Setelah terpapar virus biasanya disertai dengan diare dan berat badan
menurun. Gejala ini biasanya menghilang sendiri dalam beberapa minggu. Setelah
itu akan merasa dalam kondisi normal kembali dan tidak memiliki gejala. Fase
asimtomatik ini sering berlangsung selama bertahun-tahun. Infeksi yang terjadi
pada penderita AIDS disebut infeksi oportunistik karena mereka mengambil
keuntungan dari kesempatan untuk menginfeksi host yang lemah.
Penyakit-penyakit
yang terjadi di antaranya:
• Radang
Paru-Paru yang disebabkan oleh Pneumocystis, yang menyebabkan mengi,
• Infeksi
otak dengan toksoplasmosis yang dapat menyebabkan kesulitan berpikir atau
gejala yang menyerupai stroke,
• Luas
infeksi dengan bakteri yang disebut Mycobacterium avium complex (MAC) yang
dapat menyebabkan demam dan penurunan berat badan,
• Infeksi
jamur yang menyerang kerongkongan sehingga menyebabkan nyeri ketika menelan,
• Luas
penyakit dengan jamur tertentu seperti histoplasmosis, yang dapat menyebabkan
demam, batuk, anemia, dan masalah lain,
• Limfoma
di otak, yang dapat menyebabkan demam dan kesulitan berpikir,
Kanker
jaringan disebut sarkoma kaposi, yang menyebabkan cokelat, kemerahan, atau ungu
bintik-bintik yang berkembang pada kulit atau mulut.
C.
Etiologi
Penyebab
AIDS adalah Human immunodeficiency virus (HIV) yang merupakan golongan virus
leukemia, termasuk dalam Retrovirus, yaitu suatu virus yang mempunyai RNA yang
mempunyai tropisma spesifik terhadap limfosit T-helper. Ada 2 tipe virus HIV
yang sudah teridentifikasi yaitu tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2), virus ini
sangat relatif terhadap serologi dan geografi suatu daerah tetapi mempunyai
karakteristik epidemiologi yang sama. HIV-1 mempunyai sifat patologis yang
tinggi dibandingkan HIV-2.
D.
Diagnosa
Cara
mendiagnosa HIV dan AIDS yaitu:
1. Uji
antibodi
Infeksi
HIV biasanya didiagnosis dengan tes darah untuk mendeteksi antibodi yang
diserang oleh virus. Uji ini bermaksud untuk mendeteksi antibody yang telah
diserang oleh HIV, dimana dalam hal ini yang menjadi indikator adalah jumlah
CD4 dalam tubuh, yaitu kurang dari 200/cu mm.
2. Tes
untuk HIV
Setelah
uji antibodi tadi positif, tes kedua dilakukan untuk mengkonfirmasi hasilnya.
a. Ada
berbagai jenis tes skrining tersedia di Amerika Serikat. Enzim immunoassay
(EIA) yang digunakan pada darah adalah tes penyaringan yang paling umum. EIA
lain tes dapat mendeteksi antibodi dalam cairan tubuh selain darah seperti
cairan oral, urin, dan cairan vagina.
b. Rapid
tes, tes skrining alternatif yang menghasilkan hasil yang cepat dalam kira-kira
20 menit. Ada yang disetujui Food and drug administration (FDA) tes yang
menggunakan darah atau cairan oral. Tes ini memiliki tingkat akurasi yang mirip
dengan tes EIA tradisional.
Rumah-tes
HIV tersedia di banyak toko obat lokal. Darah diperoleh dengan tusukan jari dan
dihapuskan pada filter strip. Darah dikirimkan dalam amplop pelindung ke
laboratorium untuk diuji. Semua tes skrining positif harus dikonfirmasi dengan
tindak lanjut tes darah yang disebut Western Blot untuk membuat diagnosis
positif.
E.
Pengobatan
Pengobatan
menggunakan antiretroviral (ART) dan telah secara substansial mengurangi
komplikasi terkait HIV dan kematian. Namun, tidak ada obat untuk HIV / AIDS.
Terapi dimulai dan individual di bawah pengawasan dokter ahli dalam perawatan
pasien terinfeksi HIV. Sebuah kombinasi dari setidaknya tiga obat dianjurkan
untuk menekan virus dari replikasi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kelas-kelas yang berbeda obat termasuk:
1.
Reverse transcriptase inhibitor: obat ini menghambat kemampuan virus untuk
membuat salinan dari dirinya sendiri.
2.
Protease inhibitor (PI): Obat-obat ini mengganggu replikasi virus pada langkah
selanjutnya dalam siklus hidup, mencegah sel-sel dari memproduksi virus baru.
Kedua
obat yang digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-HIV. Menghentikan HIV
integrase inhibitor gen dari menjadi dimasukkan ke dalam DNA sel manusia. Ini
merupakan kelas baru obat-obatan, belum lama ini disetujui untuk membantu
mengobati orang-orang yang sudah kebal terhadap obat lain. Raltegravir
(Isentress) adalah obat pertama dalam kelas ini disetujui oleh FDA, pada tahun
2007. Menghentikan obat antiretroviral virus replikasi virus dan menunda
perkembangan AIDS. Namun, mereka juga memiliki efek samping yang dapat parah.
Mereka termasuk penurunan sel darah putih, radang pankreas, keracunan hati,
ruam, masalah pencernaan, peningkatan kadar kolesterol, diabetes, lemak tubuh
yang abnormal distribusi, dan menyakitkan kerusakan saraf.
Wanita
hamil yang HIV-positif harus mencari perawatan segera karena terapi ART
mengurangi risiko penularan virus ke janin. Ada obat-obatan tertentu, Namun,
yang berbahaya bagi bayi. Oleh karena itu, melihat seorang dokter untuk
mendiskusikan obat anti-HIV sangat penting. Orang dengan infeksi HIV harus di
bawah perawatan seorang dokter yang berpengalaman dalam mengobati infeksi.
Semua orang dengan HIV harus dinasihati tentang menghindari penyebaran
penyakit. Individu yang terinfeksi juga dididik tentang proses penyakit, dan
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
F.
Pencegahan
Meskipun
upaya-upaya yang signifikan, tidak ada vaksin yang efektif terhadap HIV.
Ada 2
macam pencegahan yaitu:
1.
Pencegahan yang dikhususkan pada kelompok yang berperilaku beresiko, yaitu:
•
Pendidikan kesehatan,
•
Melakukan konseling dan test HIV secara suka rela,
• Absen
dari seks. Ini jelas memiliki keterbatasan daya tarik, tapi benar-benar
melindungi terhadap penularan HIV melalui rute ini,
•
Berhubungan seks dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Saling monogami
antara pasangan yang tidak terinfeksi menghilangkan risiko penularan HIV
seksual,
•
Menggunakan kondom dalam situasi yang lain. Kondom menawarkan perlindungan jika
digunakan dengan benar dan konsisten. Kadang-kadang, mereka bisa pecah atau
bocor. Hanya kondom terbuat dari lateks harus digunakan. Hanya pelumas berbahan
dasar air harus digunakan dengan kondom lateks,
• Tidak
memakai jarum atau menyuntikkan obat-obatan terlarang,
• Jika
Anda bekerja di bidang perawatan kesehatan, ikuti panduan nasional untuk
melindungi diri terhadap jarum suntik dan paparan cairan tercemar,
• Risiko
penularan HIV dari wanita hamil kepada bayinya dapat dikurangi secara
signifikan, bila si ibu mengambil obat-obatan selama kehamilan, persalinan, dan
melahirkan dan bayinya mengambil obat untuk enam minggu pertama kehidupan.
Bahkan kursus singkat perawatan yang efektif, meski tidak optimal. Kuncinya
adalah untuk mendapatkan tes HIV sedini mungkin dalam kehamilan. Dalam
konsultasi dengan dokter, banyak wanita memilih untuk menghindari menyusui
untuk meminimalkan risiko penularan setelah bayi lahir,
• WHO
merekomendasiakan untuk melakukan terapi sejak fase asimptomatik.
2.
Pencegahan pada penderita AIDS:
• Segera
melapor pada institusi kesehatan lokal,
•
Melakukan pengobatan khusus atau terapi,
•
Penyedian pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit,
•
Mengurangi penyebaran infeksi HIV/AIDS dengan cara tidak mentransfusi darah
penderita AIDS pada pasien lain dirumah sakit,
•
Mengurangi resiko penularan dari ibu kepada bayinya dengan cara mengurangi
pemberian Azidothymidine (AZT).
G.
Prognosis
HIV yang
sudah berada dalam tubuh seseorang akan berkembang dalam waktu 1-3 bulan
setelah menyerang antibodi. Kemungikanan besar akan mengidap AIDS dengan jangka
waktu 15 tahun bahkan lebih setelah terinfeksi HIV, jika sudah menjadi
penderita AIDS akan mengalami infeksi oppurtunistik akibat sistem imun yang
terus menurun dan berujung pada kematian.
BAB IV
KESIMPULAN
Acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) kumpulan gejala penyakit yang terjadi akibat
melemahya sistem imun tubuh yang disebabkan oleh Human immunodeficiency virus
(HIV). Ada 2 jenis HIV yang sudah teridentifikasi yaitu HIV-1 dan HIV-2. Orang
yang terkena penyakit ini biasanya mengeluhkan demam, sakit kepala, kelelahan,
keringat dingin pada saat malam hari, dan kesulitan dalam berpikir. Ketika
sistem imun tubuh terus melemah akibat infeksi HIV tadi maka akan terjadi
infeksi oppurtunistik dalam tubuh sepertiradang paru-paru, infeksi otak,
kanker, infeksi bakteri dan jamur yang meluas. Infeksi HIV biasanya didiagnosis
dengan tes darah yang mendeteksi antibodi yang merupakan bagian utama yang
diserang oleh HIV, jika hasilnya positif dilakukan uji kembali dengan
menggunakan uji Western Blot.
Pencegahan
pada HIV/AIDS ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pencegahan pada kelompok
beresiko seperti tidak melakukan sex bebas, tidak menggunakan obat-obatan
terlarang terutama yang menggunakan jarum suntik, tidak berganti-ganti pasangan
dan menggunakan kondom, dan pencegahan yang dilakukan pada penderita HIV/AIDS
yaitu melaporpada institusi kesehatan lokal, melakukan pengobatan khusus,
penyediaan pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit, tidak melakukan
transfusi darah kepada pasien lain, mengurangi pemberian AZT. Pengobatan
terhadap penyakit ini hanya bisa menekan HIV melakukan replikasi yaitu dengan
memberikan anti-Retroviral, tetapi tidak menyembuhkan secara sempurna penyakit
ini. HIV yang berada dalam tubuh seseorang akan berkembang dalam waktu1-3
bulan, kemudian kemungkinan akan menjadi pengidap AIDS dengan jangka waktu 15
tahun atau lebih. Penderita AIDS akan mengalami infeksi oppurtunistik yang
berujung pada kematian.
0 komentar:
Posting Komentar